Tabungan Kecil, Kenangan Besar

tabungan

Tradisi Menabung dan Jalan-Jalan

Waktu SMA, saya punya kebiasaan kecil yang mungkin terlihat sepele, tapi nyatanya sangat berkesan hingga kini. Setiap hari, dari uang jajan yang saya terima, selalu ada sedikit yang saya sisihkan — kadang hanya seribu atau dua ribu rupiah — namun dilakukan secara konsisten. Tujuan sederhana itu adalah agar bisa jalan-jalan bersama teman sebaya setiap tiga bulan sekali.

Kami punya tradisi merencanakan perjalanan setelah beberapa bulan menabung. Pilihannya tak pernah jauh: Monas untuk melihat kota dari atas, Ragunan untuk bersantai sambil melihat satwa, atau Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk “keliling Nusantara” dalam sehari. Yang membuatnya spesial bukanlah tempatnya saja, melainkan prosesnya — dari menabung, merencanakan, sampai akhirnya berkumpul dan menyalakan kembali kebersamaan.

Bekal dari Rumah, Suasana yang Hangat

Demi menghemat, kami selalu membawa bekal masing-masing. Ada yang membawa nasi goreng, ada yang membawa ayam goreng, ada pula yang membawa kue buatan rumah. Ketika jam makan siang tiba, kami duduk melingkar di bawah pohon atau di bangku taman, membuka bekal, lalu saling mencicipi.

Momen itu sederhana tetapi hangat: tawa, lelucon khas remaja, hingga ejekan ramah soal porsi bekal. Justru dari kebiasaan berbagi makanan itulah kebersamaan terasa nyata — lebih kuat daripada sekadar foto-foto di depan landmark.

Dampak yang Berlanjut ke Masa Kuliah

Tanpa disadari, kebiasaan menabung kecil itu menumbuhkan disiplin finansial. Saat masuk kuliah, kebiasaan ini ternyata sangat berguna. Di dunia perkuliahan sering muncul kebutuhan tak terduga: iuran acara, biaya ekstra organisasi, atau kebutuhan mendadak tugas kelompok. Saya pernah menghadapi situasi di mana sebuah acara kampus membutuhkan iuran tambahan. Banyak teman panik karena tidak siap, tetapi saya cukup tenang karena membawa tabungan kecil yang saya rawat sejak SMA.

Tabungan itu memungkinkan saya ikut berpartisipasi tanpa merepotkan orang tua atau meminjam teman. Dari situ saya belajar sebuah pelajaran penting: kebiasaan kecil yang konsisten bisa menjadi bekal nyata ketika situasi menuntut.

Refleksi: Kebahagiaan dari Hal Sederhana

Kini, kenangan jalan-jalan ke Monas, Ragunan, dan TMII masih kerap muncul dalam ingatan. Bukan hanya karena tempat-tempatnya, tetapi karena suasana bersama teman: bekal sederhana, cerita ringan, dan rasa aman yang dibuat oleh tabungan kecil itu. Setiap kali saya berhasil menutupi kebutuhan mendadak di masa kuliah tanpa kesulitan, saya tersenyum mengingat kebiasaan kecil itu.

Jadi, pelajaran yang saya bawa adalah: bahagia tidak harus mahal. Kemandirian dan persiapan sering dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten. Menabung sedikit demi sedikit bukan sekadar soal uang — ia tentang kebiasaan, tanggung jawab, dan kemampuan menghadapi masa depan.

Dibuat oleh bantuan AI

close