Sebuah perjalanan hidup yang dilihat dari uang jajan: dari SD sampai kuliah, lengkap dengan pengalaman kerja kecil, jual-beli contekan, dan bermain futsal.
Awal yang Sederhana — SD (Kelas 1–4)
Pada masa SD kelas 1 sampai 4, saya menerima uang jajan Rp2.000 per hari. Meski nominalnya kecil, pengalaman itu mengajarkan saya memilih antara keinginan dan kebutuhan.
Naik Sedikit — SD Akhir (Kelas 5–6)
Di kelas 5 dan 6 uang jajan bertambah menjadi Rp3.000. Kenaikan ini mengajarkan tanggung jawab atas 'kelebihan'—bahwa bertambahnya uang berarti peluang, bukan alasan untuk boros.
SMP
Pada SMP (kelas 7–9) uang jajan saya menjadi Rp4.000. Di masa inilah saya mulai bereksperimen:
- Sempat melakukan jual-beli contekan di sekolah—sebuah “bisnis” kecil yang memberi pemahaman tentang permintaan, penawaran, dan konsekuensi moral.
- Pernah menjadi admin warnet tetangga, pekerjaan sederhana yang mengajarkan tanggung jawab, kepercayaan, dan pelayanan kepada orang lain.
- Aktif ikut futsal antar kelas dengan sistem iuran: tim yang menang mendapat bagian uang, tim yang kalah tidak mendapatkan apa-apa. Iuran ini dikumpulkan menjadi tabungan tim futsal, lalu dibagikan di akhir oleh teman yang bertugas memegang uang.
Dari kombinasi pengalaman sosial dan ekonomi ini saya belajar kreativitas, sportivitas, dan bagaimana memegang kepercayaan finansial kelompok.
SMA
Di SMA (kelas 10–12) uang jajan menjadi Rp5.000. Pada tahap ini saya mulai menekankan prioritas: antara jajan, kebutuhan sekolah, dan menabung sedikit demi sedikit.
Kuliah
Di bangku kuliah uang jajan naik menjadi Rp15.000 per hari — jumlah tersebut sudah termasuk biaya bensin. Untuk perjalanan menggunakan motor, pergi-pulang (PP) dua hari sekali menghabiskan sekitar Rp15.000 (artinya bensin untuk dua hari PP dihitung dari total itu). Kondisi ini menuntut saya untuk lebih cermat membagi antara biaya transportasi, makan, dan kebutuhan akademik. Kuliah merupakan fase dimana kemandirian diuji: merencanakan pengeluaran, menabung bila memungkinkan, dan bertanggung jawab atas pilihan finansial sendiri.
Pelajaran Hidup dari Uang Jajan
Perjalanan dari Rp2.000 sampai Rp15.000 bukan sekadar soal nominal. Ia mencerminkan proses belajar—tentang bersyukur, berinovasi, kerja keras, sportivitas dan kerja tim, sampai kemandirian finansial di perguruan tinggi.
- Bersyukur: Menghargai apa yang tersedia, sekecil apa pun.
- Kreativitas: Mencari peluang menghasilkan uang saku sendiri.
- Tanggung jawab sosial: Menjaga amanah saat memegang uang bersama tim.
- Kemandirian: Mengatur prioritas dan biaya hidup saat kuliah.
